Wednesday, February 20, 2013

A.9. TIPE TIPE KELOMPOK SOSIAL


Tipe-tipe Kelompok Sosial
Mac Iver dan Page (1957: 124) menggolongkan kelompok sosial berdasarkan berbagai kriteria (ukuran). Simmerl dalam Systematic Society mendasarkan pengelompokkannya pada besar kecilnya jumlah anggota, cara individu, serta interaksi sosial dalam kelompok. Ukuran lain dalam klasifikasi kelompok sosial adalah berdasarkan interaksi sosial pada kelompok. Dalam pendekatan ini para sosiolog mendasarkan pengelompokannya pada derajat saling kenal mengenal pada anggota. Selain jut juga, kelompok sosial dapat dibagi berdasarkan kepentingan wilayah dan derajat organisasi
Kelompok Sosial dipandang dari Sudut Individu
Dapat dilihat dari keterlibatan individu dengan kelompok sosial dimana ia tinggal, apakah dalam masyarakat yang masih sederhana atau dalam struktur masyarakat yang sudah kompleks.
In Group dan Out Group
Konsep in Group dan out group merupakan pencerminan dari adanya kecendrungan sikap “etnocentrisme” dari individu dalam proses sosialisasi sehubungan dengan keanggotannya pada kelompok sosial yaitu suatu sikap dalam menikai kebudayaan lain dengan menggunakan ukuran sendiri (Polak 1996: 166). Sikap in group didasari perasaan simpati atau antipati. In Group dan out group dapat ditemui pada seluruh masyarakat yang susunannya sederhana maupun kompleks
Primary Group dan Secondary Group
Primary Group adalah kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal mengenal antara anggota-anggota serta kerjasamanya erat yang bersifat pribadi. Pendapat dari Selo Soemarjan dan Soemardi dalam “Setangkai bunga Sosiologi” (1964: 401) menyatakan bahwa Primary Group merupakan kelompok kecil yang permanen berdasarkan saling mengenal secara pribadi diantara anggotanya. Konsep Davis (1960: 290) memperjelas pendapat, Cooley bahwa ciri-ciri utama Primary Group adalah kondisi-kondisi fisik, sifat hubungan primer dan kelompok-kelompok yang konkret dan hubungan primer.
Secondary Group merupakan kebalikan dari Primari Group. Secondary Group sebagai kelompok-kelompok yang besar, yang terdiri dari banyak orang antara siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan kenal mengenal secara pribadi dan sifatnjya tidak begitu langgeng.
Gemeinschaft dan Gesselschaft
Tonnies dan Loomis menyatakan bahwa Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar dari hubungan tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang telah dikodratkan. Sedangkan Gesselschaft adalah berupa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana terdapat dalam sebuah mesin. Contoh bentuk Gemeinschaft adalah dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan dan rukun tetangga. Contoh Gesselschaft seperti ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, industri
Formal Group dan Informal Group
Formal group merupakan kelompok yang mempunyai peraturan tegas yang sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan diantara anggotanya. Biasa disebut juga Association dimana anggotanya mempunyai kedudukan yang disertai dengan pembagian tugas dan wewenang. Contohnya : perkumpulan pelajar, himpunan wanita, persatuan sarjana, sedangkan informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti. Contohnya : Klik (Clique) yang merupakan bentuk kelompok kecil tanpa struktur formil.
Kelompok Sosial yang tidak Teratur
Bentuk-bentuk kelompok sosial yang tidak teratur dapat digolongkan ke dalam dua golongan besar yaitu kerumunan (crowd) dan publik
Masyarakat Pedesaan (Rural Commumnity) dan Masyarakat Perkotaan (Urban Community)
Masyarakat Setempat (Community, Komunitas)
Ciri-ciri utama masyarakat setempat adalah adanya social relationship antara anggotanya. Kriteria masyarakat setempat menurut Davis (1960: 313) adalah :
  • Jumlah penduduk
  • Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman
  • Fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat organisasi masyarakat yang bersangkutan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Ciri-ciri yang menonjol antara masyarakat pedesaan dan perkotaan menurut Soekamto (1982: 149) adalah kehidupan keagamaan, kemandirian, pembagian kerja, peluang memperoleh pekerjaan, jalan pikiran, jalan kehidupan dan perubahan sosial.
Sistem pelapisan sosial yang digambarkan dalam bentuk piramida dibagi menjadi :
  • Lapisan sosial tinggi (upper)
  • Lapisan sosial menengah (middle)
  • Lapisan sosial rendah (lower)
Proses terjadinya pelapisan sosial dapat terjadi dengan sendirinya dapat pula dengan sengaja disusun. Beberapa teori tentang pelapisan sosial yaitu : teori fungsionalis, teori reputasi dan teori struktur.

No comments:

Post a Comment